PEMBELAJARAN_JARAK_JAUH
MAKALAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN
DESKRIPTIF PEMBELAJARAN JARAK JAUH
(DISTANCE
LEARNING)
Dosen
Pengampu : Roojil Fadhillah bin Akhmad Lc., M.Pd.I.
Disusun oleh:
Rina Nur Uswatun Hasanah 20140820032
Ilusi Suryaningsih 20140820007
Wa Ode Firnia 20140820017
PENDIDIKAN
BAHASA ARAB
FAKULTAS
PENDIDIKAN BAHASA
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya hingga sampai saat ini kita masih diberi kesempatan
untuk merasakan nikmat yang Allah berikan kepada kita semua, dan tidak lupa
pula sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi kita Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang
seperti saat ini.
Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah metodelogi penelitian yang
telah memberi kesempatan kepada kami untuk menyusun sebuah karya berupa
makalah, berkat motivasi dari dosen dan kawan-kawan semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “proses belajar mengajar” kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dalam makalah ini, sehingga kami senantiasa terbuka untuk menerima
saran dan kritik pembaca demi penyempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bisa
memberi perubahan kepada diri kita ke arah yang lebih baik.
Yogyakarta,
8 April
2016
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan
yang terjadi dari berbagai bidang kehidupan masyarakat dunia, menuntut mereka
untuk berubah dan melakukan perubahan-perubahan lainnya. Masyarakat perlu
berusaha menjawab dan memberikan solusi pada kebutuhan manusia yang semakin
kompleks. Upaya peningkatan kuantitas, kualitas, efektifitas, dan effesiensi
pendidikan selalu dikembangkan baik oleh pemerintah, masyarakat maupun lembaga
pendidikan. Upaya pengembangan itu dapat dilakukan melalui berbagai strategi
yang efektif dan effesien, diantaranya melalui pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
Pada
awal terselenggaranya, pembelajaran jarak jauh oleh masyarakat dianggap sebagai
jenis pendidikan alternatife atau pendidikan kelas dua yang kalah gengsinya
dari pendidikan konvensional yang mengharuskan kehadiran pembelajaran. Seiring
dengan perkembangan teknologi informasi dan komunkasi yang pesat pembelajaran
jarak jauh diselenggarakan secara online melalui internet. Pembelajaran jarak
jauh secara online mendapat apresiasi yang tinggi di masyarakat bahkan ada yang
menganggap lebih bergengsi dibandingkan pendidikan konvensional yang cenderung
kurang memanfaatkan kemajuan teknologi.
Pembelajaran
jarak jauh dirancang untuk melayani pembelajaran dalam jumlah yang besar dengan
latar belakang pendidikan, usia, dan tempat tinggal yang beragam. Untuk
mengatasi keterbatasan pembelajaran jarak jauh yang tidak ada tatap mukanya,
maka pembelajaran dilengkapi dengan penggunaan media yang memungkinkan proses
pembelajaran menjadi lebih effesien dan efektif. Pembelajaran jarak jauh muncul
karena sekolah atau perguruan tinggi daya tampingnya sangat terbatas.
Pembelajaran dapat menentukan waktu belajarnya sendiri kapan saja, dan dimana
saja, sesuai dengan kecepatan dan gaya belajarnya. Media pembelajaran utama
dalam pembelajaran jarak jauh pada awalnya hanya modul, namun seiring dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, muncul media pembelajaran
berbantuan komputer, audio, video,
media nocetak, multimedia, internet,
dan lain-lain.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian Pembelajaran Jarak Jauh (Distance
Learning )?
2.
Bagaimana
perkembangan Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning)?
3.
Apa
saja prinsip-prinsip Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning)?
4.
Apa
saja karakteristik Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning)?
5.
Apa
saja kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning)
2. Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Pembelajaran Jarak Jauh (Distance
Learning)
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Pembelajaran Jarak Jauh (Distance
Learning)
4. Untuk mengetahui karakteristik Pembelajaran Jarak Jauh (Distance
Learning)
5. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh (Distance
Learning)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning)
Pengertian pembelajaran jarak jauh
adalah ketika proses pembelajaran tidak terjadinya kontak dalam bentuk tatap
muka langsung antara pengajar dan pembelajar. Komunikasi berlangsung dua arah
yang dijembatani dengan media seperti computer, televisi, radio, telepon, internet, video, dan sebagainya.
Pembelajaran konvensional dan pembelajaran jarak jauh menekankan bahwa
(distance learning) akan efektif jika pembelajaran merasa lebih nyaman dan
termotivasi untuk belajar dengan adanya komunikasi. Tanpa komunikasi timbal
balik pembelajaran akan berubah menjadi indoktrinasi, belajar bukannya
merupakan aktivitas menyenangkan, melainkan menjadi beban yang berat. Perbedaan
pembelajaran konvensional dan pembelajaran jarak jauh terletak pada bentuk
interaksi antara pengajar dan pembelajaran, karakteristik pembelajaran, jenis
program, peran sumber daya manusia, manajemen, teknologi, dan sebagainya. Namun
perbedaan tersebut bukan merupakan kendala untuk mengembangkan pembelajaran
jarak jauh menuju pendidikan yang mencerahkan dan meningkatkan kualitasnya. [1]
Beberapa
orang ahli mengungkapkan pengertian pembelajaran jarak jauh, diantaranya
G.Dogmen, G. Mackenzie, E. Christensen, dan P. Rigby, dan O. Peter. [2]
1.
G.
Dogmen
Menurut Dogmen
ciri-ciri pembelajaran jarak jauh adalah adanya organisasi yang mengatur cara
belajar mandiri, materi pembelajaran disampaikan melalui media, dan tidak ada
kontak langsung antara pengajar dengan pembelajar. Belajar mandiri
diorganisasikan secara sistematis dalam menyajikan materi pembelajaran,
pemberian bimbingan kepada pembelajar, dan pengawasan untuk keberhasilan
belajar pembelajar.
2.
G.
Mackenzie, E. Cristensen, dan P. Rigby
Mengatakan
bahwa pembelajaran jarak jauh merupakan metode pembelajaran menggunakan
korespondensi sebagai alat untuk berkomunikasi antara pembelajar dengan pengajar.
Pendidikan jarak jauh itu merupakan bentuk pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada pembelajar untuk belajar secara terpisah dari pengajarnya.
Namun ada kemungkinan untuk acara pertemuan antara pengajar dan pembelajar
hanya dilakukan kalau ada peristiwa yang istimewa atau untuk melakukan
tugas-tugas tertentu saja.
3.
O.
Peter
Peter
memberikan batasan pembelajaran jarak jauh sebagai metode penyampaian ilmu,
keterampilan, dan sikap yang dipengaruhi cara-cara mengelola suatu industri.
Materi pembelajaran diproduksi dalam jumlah banyak dengan menggunakan teknologi
yang maju, kemudian didistribusikan kepada pengguna secara luas. Batasan dari
Peter ini mengandung beberapa karakteristik yaitu, pertama dimanfaatkannya
teknologi sebagai media yang diproduksi dalam jumlah banyak namun tetap dengan
mutu yang tinggi. Kedua, pendidikan dapat diberikan secara massal. Ketiga,
materi pembelajaran dirancang, dikembangkan, diproduksi, dibagikan, dan
dikelola dalam kegiatan pembelajaran oleh orang yang berbeda-beda.
2.2 Perkembangan Pembelajaran Jarak Jauh
Sistem
pendidikan jarak jauh ini awalnya ikut berkembang ke dalam masyarakat Indonesia
yang dimaksudkan sebagai salah satu pemecahan terhadap menjulangnya anak putus
sekolah dan anak yang belum sempat merasakan kehidupan pendidikan. Penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh di Indonesia sebenarnya telah berlangsung sejak lama.
Menurut Hartilaar, penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebenarnya sudah lama
diterapkan di Indonesia, yaitu sejak masuknya kolonial ke Indonesia.Namun
perkembangannya terhenti tanpa diketahui sebabnya.
Pada
tahun 50-an muncul kembali pendidikan jarak jauh dalam bentuk penataran guru
tertulis. Tujuan dari penataran ini adalah meningkatkan kualifikasi guru yang
mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Bahan belajar pada
penataran ini terbatas hanya pada media cetak, yaitu modul.Untuk umpan balik
terhadap peserta, bahan ajar dikirim melalui jasa pos.
Pada
awal tahun 70-an muncul prakarsa baru dalam penyelenggaraan pendidikan jarak
jauh yaitu munculnya penataran guru dengan berbasis siaran radio. Media
utama dalam penataran ini adalah siaran radio yang dilengkapi dengan bahan
penyerta cetak yang dikirim kepada peserta.
Perkembangan
selanjutnya dalam rangka memajukan pendidikan jarak jauh ini maka dibentuklah
pendidikan yang dinamai PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat Orang Tua dan
Guru). Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan prinsip; belajar mandiri
dengan menggunakan modul, belajar dengan kelompok sebaya, kompetisi untuk
berprestasi, fungsi guru sebagai pengelola kegiatan belajar yang membantu pelajar
dalam memecahkan masalah yang tidak dapat dipecahkannya, menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar, dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dengan melibatkan masyarakat sebagai narasumber.
Dengan
dibukanya SLTP Terbuka semakin menambah semaraknya perkembangan pendidikan
jarak jauh ini pada tahun 1979.Pada tahun 1984, lembaga pendidikan tinggi mulai
membuka diri untuk melayani kebutuhan terhadap pendidikan dengan dibukanya
Universitas Terbuka. Agak berbeda dengan pendidikan terbuka lainnya, pada
SLTP Terbuka dan Universitas Terbuka media pembelajarannya yang digunakan lebih
beragam.Mulai dari modul, siaran radio, kaset audio video dan siaran televise.
Mulai
saat itu berbagai inisiatif dilakukan untuk menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan jarak jauh yang diselenggarakan berbagai lembaga
pendidikan.lembaga-lembaga tersebut memanfaatkan sistem belajar jarak jauh
untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berada dilingkungan mereka masing-masing.
Namun karena sumber-sumber yang diperlukan untuk pengembangan program belajar
jarak jauh yang baik amat terbatas dan itu pun berserakan diberbagai tempat,
inisiatif itu tidak tumbuh dengan sehat.
2.3 Prinsip-prinsip Pembelajran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh mencakup upaya yang ditempuh pembelajaran
untuk mewujudkan sistem sepanjang hayat, dengan prinsip-prinsip kemandirian,
keluwesan, keterkinian, kesesuaian, mobilitas dan efisiensi.[3]
a.
Prinsip
kemandirian
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kurikulum yang
memungkinkan dapat dipelajari secara independent learning, pembelajar
dihadapkan pada pilihan yang terbaik bagi dirinya sendiri, dari mulai
pembentukan kelompok belajar, program pendidikan yang digunakan, pola belajar
yang disukai, mengunakan sumber belajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
Penyelesaian program yang ditentukan sendiri oleh pebelajar.Bahan-bahan
pelajaran yang disediakan berupa paket-paket yang dapat dipilih oleh pebelajar,
yang didukung oleh pembimbing atau tutorial dan ujian yang dirancang dengan
pendekatan belajar tuntas.Pebelajar belajar dengan mandiri dengan sesedikit
mungkin melakukan pertemuan dengan tutor yang bersangkutan.
b.
Prinsip keluwesan
Prinsip ini diwujudkan
dengan dimungkinkannya peserta didik untuk memulai, mencari sumber belajar,
mengatur jadwal dan kegiatan belajar, mengikuti ujian dan mengakhiri
pendidikannya di luar ketentuan waktu dan tahun ajaran.Dikatakan luwes,
pebelajar dimungkinkan untuk berpindah dari pendidikan formal ke pendidikan
non-formal atau sebaliknya dari pendidikan non-formal ke pendidikan formal.
c.
Prinsip Keterkinian
Prinsip ini
diwujudkan dengan tersedianya program pembelajaran yang pada saat ini
diperlukan (just-in-time).Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan dan
pelatihan konvensional yang program atau kurikulumnya termasuk buku-buku yang
tersedia, dirancang untuk mengantisipasi keperluan masa mendatang (just-in-case).Kecepatan
untuk memperoleh informasi yang baru merupakan suatu peluang untuk dapat
bertahan dan berkembang dalam persaingan bebas.
d.
Prinsip Kesesuaian
Prinsip ini terwujud
dengan tersedianya sumber belajar yang terkait langsung dengan kebutuhan
pribadi maupun tuntutan lapangan kerja atau kemajuan masyarakat. Sumber belajar
tersebut bobotnya harus setara dengan kompetensi yang diperlukan, tetapi
disajikan dalam bentuk yang sederhana yang dapat dipelajari sendiri tanpa
adanya bantuan dari orang lain. Prinsip ini disesuaikan dengan kebutuhan dan
latar belakang pelajar.
e.
Prinsip Mobilitas
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kesempatan
bagi pebelajar untuk berpindah lokasi, jenis, jalur dan jenjang pendidikan yang
setara setelah memenuhi kompetensi yang diperlukan.
f.
Prinsip Efesiensi
Prinsip ini diwujudkan
dengan pendayagunaan berbagai macam sumber daya dan teknologi yang tersedia
seoptimal mungkin. Pemberdayaan segala sumber disekeliling pebelajarakan
membantu pebelajar untuk dapat menggunakan sumber tersebut sebanyak mungkin,
sehingga pebelajar tidak merasa kerepotan mengenai sumber belajarnya.
2.4 Karakteristik atau Ciri-ciri Pembelajaran Jarak Jauh
a)
Program
disusun disesuaiakan dengan jenjang, jenis, dan sifat pendidikan. Waktu yang
digunakannya pun sesuai dengan program tersebut.[4]
b)
Dalam
proses pembelajaran tidak ada pertemuan langsung secara tatap muka antara
pengajar dengan pembelajar, sehingga tidak ada kontak langsung antara pengajar
dan pembelajar.
c)
Pembelajar
dan pengajar terpisah sepanjang proses pembelajaran itu karena tidak ada tatap
muka seperti halnya dalam pembelajaran konvensional, sehingga pembelajar harus
dapat belajar secara mandiri.
d)
Adanya
lembaga pendidikan yang mengatur pembelajar untuk belajar mandiri. Untuk itu,
cara belajar mandiri pembelajar perlu dikelola secara sistematis. Penyajian
materi pembelajar, pemberian bimbingan kepada pembelajar, dan pengawasan serta
jaminan keberhasilan pembelajar dilakukan oleh pengajar.
e)
Lembaga
pendidikan merancang dan menyiapkan materi pembelajaran, serta memberikan
pelayanan bantuan belajar kepada pembelajar.
f)
Materi
pembelajaran disampaikan oleh media pembelajaran, seperti Komputer dengan internetnya
atau dengan program e-learning.
g)
Melaluai
media pembelajaran tersebut akan terjadi komunikasi dua arah (interaktif)
antara pembelajar dengan pengajar, pembelajaran dengan pembelajar lain, atau
pembelajar dengan lembaga penyelenggara pembelajaran jarak jauh.
h)
Tidak
ada kelompok belajar yang bersifat tetap sepanjang belajarnya, karena itu
pembelajar menerima pembelajaran secara individual bukiannya secara kelompok.
i)
Paradigma
baru yang terjadi dalam pembelajaran jarak jauh adalah peran pengajar yang
lebih bersifat fasilitator yang memberikan bantuan atau kemudahan kepada
pembelajar untuk belajar, dan pembelajar sebagai peserta dalam proses pembelajaran.
j)
Pembelajaran
dituntut aktif, interaktif, dan partisipatif dalam proses belajar, karena
sistem belajarnya, secara mandiri yang sedikit sekali mendapatkan bantuan dari
pengajar atau pihak lainnya.
k)
Sumber
belajar adalah bahan-bahan yang dikembangkan secara sengaja sesuai kebutuhan
dengan tetap berdasarkan kurikulum.
2.5 Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran
Jarak Jauh dapat sangat efektif, khususnya bagi para peserta yang lebih dewasa
dan memiliki motivasi kuat untuk mengejar sukses dan senang diberi kepercayaan
melakukan proses belajar secara mandiri. Tetapi, kesuksesan Pembelajaran Jarak
Jauh yang meninggalkan ketaatan pada jadwal seperti pada proses pembelajaran
tatap muka, bukanlah merupakan suatu pilihan yang mudah baik bagi instruktur
maupun peserta didik. Maka dari itu
PJJ memiliki keterbatasan sekaligus kelebihan. Berikut kelebihan pembelajaran jarak jauh[5]:
a) Tersedianya fasilitas e-moderating
di mana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui
fasilitas internet tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
b) Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan di mana saja kalau
diperlukan.
c) Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan
dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara
mudah.
d) Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui
internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
e) Peserta didik dapat benar-benar menjadi titik pusat kegiatan
belajar-mengajar karena ia senantiasa mengacu kepada pembelajaran mandiri untuk
pengembangan diri pribadi[6]
Walaupun demikian, pembelajaran
jarak jauh juga tidak terlepas dari berbagai kelemahan dan kekurangan, antara
lain[7] :
a) Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan
antar sesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa
memperlambat terbentuknya values
dalam proses pembelajaran.
b) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
c) Masalah ketepatan dan kecepatan pengiriman modul dari puast
pengelolaan pembelajaran jarak jauh kepada para peserta di daerah sering tidak
tepat waktu, dan karenanya dapat menghambat kegiatan pembelajaran
d) Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi
cenderung gagal.
e) Tingginya kemungkinan gangguan
belajar yang akan menggagalkan proses pembelajaran karena pembelajaran jarak
jauh menuntut pembelajar untuk belajar mandiri atau belajar individual. Jika
pembelajar tidak disiplin belajar secara mandiri, maka ada kemungkinan akan
terjadi gangguan selama belajar, bahkan mungkin pula kegagalan dengan
terhentinya program pembelajaran.
f) Pembelajar ketika membuka
internetnya tidak mendapatkan materi pembelajaran yang diperlukannya, sehingga
perlu menghubungi pengajar atau tutornya. Namun jika harus menunggu pengajar
atau tutornya untuk online melalui internet, maka pembelajar akan mengalami
kesulitan mendapat penjelasan pengajar atau tutor secepat mungkin.
g) Terjadi kesalahan pemahaman
pembelajar terhadap materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran. Persepsi
pengajar dan pembelajar terhadap materi pembelajaran dan tujuan yang harus
dicapai mungkin berbeda. Pembelajar mungkin merasa sudah menguasai seluruh
materi pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran tersebut, namun sebaliknya
menurut pengajar, pembelajar tersebut masih belum menguasai materi pembelajaran
secara tuntas sehingga tujuan pembelajaran pun belum tercapai sepenuhnya. Untuk
mengatasi kesalahan persepsi ini, perlu diadakannya evaluasi pada setiap akhir
materi pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian pembelajaran jarak jauh adalah ketika proses
pembelajaran tidak terjadinya kontak dalam bentuk tatap muka langsung antara
pengajar dan pembelajar. Komunikasi berlangsung dua arah yang dijembatani
dengan media seperti computer, televisi, radio, telepon, internet, video, dan sebagainya
Beberapa orang ahli
mengungkapkan pengertian pembelajaran jarak jauh, diantaranya G.Dogmen, G.
Mackenzie, E. Christensen, dan P. Rigby, dan O. Peter.
AdapunPrinsip pembelajaran jarak jauh yaitu prinsip kemandirian,
prinsip kelewesan, prinsip Keterkinian, prinsip
Kesesuaian, prinsip Mobilitas, dan prinsip Efesiensi.
Karakteristik atau ciri-ciri Pembelajaran Jarak Jauh diantaranya yaitu (1) pemisahan
antara pengajar dan pembelajar, (2) pengaruh institusi/organisasi
pendidikan,(3) penggunaan media yang menghubungkan guru dam pembelajar,(4)
berlangsungnya komunikasi dua arah,(5) memperhatikan pembelajar sebagai
individu yang belajar,(6) dan pendidikan sebagai suatu industri.
DAFTAR PUSTAKA
Munir.2009.Pembelajaran Jarak
Jauh: Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.Bandung: Alfabeta.
Aristorahadi.2008.Konsepsi
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. http://aristorahadi.worpress.com.
Sadiman, Arief S.1999.Jaringan Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Indonesia,Pusat Teknolonologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan.Jakarta: Depdeknas.
Hamalik,Oemar.1994. Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dan Pembinaan
Ketenagaan. Bandung:Trigenda Karya.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
[1] Munir.Pembelajaran Jarak Jauh:
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung: Alfabeta.2009.hlm.16
[2] Aristorahadi.konsepsi
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. http://aristorahardi.wordpress.2008.
[3] Munir.Pembelajaran Jarak Jauh:
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung: Alfabeta.2009.hlm.22
[4] Munir.Pembelajaran Jarak Jauh:
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung: Alfabeta.2009.hlm.25
[5] Rusman.Model-model
pembelajaran, Jakarta:RajaGrafindoPersada.2011.hlm.351
[6] Oemar
Hamalik.Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dan Pembinaan Ketenagaan, Bandung:Trigenda
Karya.1994.hlm.52
[7] Rusman.Model-model
pembelajaran, Jakarta:RajaGrafindoPersada.2011.hlm.352
Tidak ada komentar:
Posting Komentar